TOPGAMING77: Selama bertahun-tahun, telur sering dianggap sebagai makanan yang berbahaya karena kandungan kolesterol tinggi dalam kuningnya. Banyak yang percaya bahwa mengonsumsi telur dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Namun, seorang pria berusia 28 tahun melakukan eksperimen menarik untuk membuktikan sebaliknya. Mari kita telusuri kisah Nick Norwitz, seorang mahasiswa doktoral di Universitas Harvard, yang mengkonsumsi 720 telur dalam sebulan.
Eksperimen Mengonsumsi 720 Telur
Norwitz memutuskan untuk mengkonsumsi 24 telur setiap hari selama sebulan. Melalui eksperimen ini, ia ingin melihat dampak sebenarnya terhadap kadar kolesterolnya. Hasilnya, mengejutkan banyak orang: kadar kolesterol ‘jahat’ atau low density lipoprotein (LDL) justru menurun hingga 18 persen.
Dalam video yang diunggahnya di YouTube, yang kini telah ditonton lebih dari 170 ribu kali, Norwitz menunjukkan 40 kotak telur yang ia kumpulkan selama percobaan. Ia mengolah telur-telur tersebut dengan berbagai cara: orak-arik, digoreng, direbus, dan telur dadar.
Diet Ketogenik dan Kebugaran
Meskipun mengonsumsi banyak telur, Norwitz juga menerapkan diet ketogenik, yaitu diet rendah karbohidrat dan tinggi lemak. Tujuannya adalah mengubah sumber energi tubuh dari gula menjadi lemak. Selain itu, ia juga menjaga kebugaran dengan melakukan latihan kalistenik selama satu jam setiap minggu, termasuk push-up, pull-up, squat, lunge, dan plank.
pria ini bilang ia berhipotesis bahwa dengan mengonsumsi 720 butir telur di dalam satu bulan, yang sudah setara dengan 133.200 mg kolesterol itu tidak akan meningkatkan kolesterolnya terutama LDL,”
Ia menjelaskan bahwa meskipun asupan kolesterolnya meningkat lima kali lipat, kadar kolesterol LDL justru turun.
Penjelasan Ilmiah di Balik Hasil
Selama percobaan, Norwitz secara rutin melakukan tes darah untuk memantau kadar kolesterolnya. per butir telur nya mengandung sekitar 186 mg kolesterol. Selain telur, makanan lain yang tinggi kolesterol seperti daging merah dan makanan laut juga sering diperdebatkan.
Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa mengapa telur tidak meningkatkan kolesterol LDL terletak pada mekanisme dalam usus. Kolesterol dalam usus dapat mengikat reseptor pada sel-sel usus yang memicu pelepasan hormon kolesin. Zat ini kemudian mengalir ke hati dan mengikat reseptor bernama GPR146, yang memberi sinyal ke hati untuk mengurangi produksi LDL, sehingga membantu menjaga keseimbangan kolesterol dalam tubuh.
Penyesuaian Diet Karbohidrat
Setelah dua minggu pertama percobaan, Norwitz memutuskan untuk mulai mengonsumsi 60 gram karbohidrat per hari. Ia fokus dengan buah-buahan contohnya pisang, blueberry, dan juga ceri. Untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat tersebut, ia perlu mengonsumsi sekitar dua buah pisang sehari atau 21 ons blueberry.
Ia menjelaskan bahwa dengan menambah asupan karbohidrat, kadar kolesterol dalam tubuh bisa berkurang lebih lanjut. Pada mereka yang menerapkan diet rendah karbohidrat, kadar LDL biasanya meningkat karena tubuh mulai membakar lemak sebagai sumber energi. Namun, bagi mereka yang mengonsumsi lebih banyak karbohidrat, kadar LDL justru menurun karena energi yang diperoleh berasal dari karbohidrat.
Kesimpulan
Eksperimen Norwitz menunjukkan bahwa telur tidak selalu berbahaya bagi kesehatan jantung, bahkan dalam jumlah yang sangat besar. tapi, setiap orang itu memiliki kondisi tubuh yang berbeda beda. Sebelum mengubah pola makan secara drastis, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan profesional kesehatan.
Dengan semakin banyaknya penelitian yang menunjukkan potensi manfaat telur, mungkin sudah saatnya untuk meninjau kembali pandangan kita tentang makanan ini. Jangan ragu untuk mencoba telur dalam diet seimbang Anda.
Baca Juga: [Jokowi Ungkap Tantangan Pembangunan IKN: Sulitnya Membangun Ibu Kota Baru]
Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang diet sehat dan berita terbaru seputar makanan, kunjungi TOPGAMING77 untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dan bermanfaat.
Dengan berbagai penelitian dan eksperimen yang terus dilakukan, kita dapat lebih memahami hubungan antara makanan, kolesterol, dan kesehatan jantung. Tetaplah berinformasi dan pilihlah pola makan yang tepat untuk Anda!